JANGAN BERIKAN SUSU FORMULA PADA ANAK-ANAK KORBAN LETUSAN GUNUNG MERAPI DAN TSUNAMI MENTAWAI

Jangan berikan susu formula kepada bayi  dalam keadaan darurat di pengungsian akibat letusan gunung Merapi dan Tsunami Mentawai  karena dapat membahayakan kesehatan mereka. Imbauan ini disampaikan  Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH.  Pemerintah menyampaikan terima kasih kepada para dermawan yang telah membantu  para korban, namun jangan memberikan susu formula.
Pemerintah juga akan memperketat pengawasan terhadap sumbangan dan distribusi susu formula kepada keluarga-keluarga yang terkena dampak bencana alam di dua tempat baru-baru ini.

“Kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi, berikanlah air susu ibu (ASI) saja sampai bayi berusia 6 bulan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dan sejak usia 7 bulan dapat diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang telah disediakan pemerintah”, ujar Menkes.

Untuk korban letusan Gunung Merapi, Kementerian Kesehatan telah menyalurkan berbagai bantuan antara lain MP-ASI sebanyak 6 ton, masing-masing untuk Kab. Magelang 2 ton, Prov. DI Yogyakarta 2 ton, Kab. Boyolai 1 ton dan Kab. Klaten 1 ton. Sedangkan untuk korban Tsunami Mentawai sebanyak 10 ton masing-masing 5 ton untuk Dinkes Prov. Sumatera Barat dan  5 ton untuk Dinkes Kab. Mentawai.

Menurut Menkes, ASI dapat memenuhi seluruh kebutuhan bayi dan keunggulannya tidak bisa digantikan dengan susu lain. ASI aman, bersih dan mengandung zat-zat  kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit.

Hasil survei yang dilakukan oleh UNICEF, satu bulan setelah gempa  Yogyakarta tahun 2006 menunjukkan bahwa tiga dari empat keluarga dengan anak-anak di bawah usia enam bulan menerima bantuan susu formula.

Survei ini juga menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pemberian susu formula dari 32 persen pada saat sebelum bencana menjadi 43 persen setelah bencana.

Akibatnya kasus diare di kalangan bayi di bawah usia enam bulan yang mendapatkan susu formula menjadi dua kali lipat (25.4 persen) dibandingkan dengan bayi-bayi yang tidak mendapat susu formula (11.5 persen). Kasus diare di kalangan anak usia antara enam bulan sampai 23 bulan juga meningkat sebanyak lima kali lipat dibandingkan dengan sebelum bencana.

Susu formula dan susu bubuk merupakan sumbangan yang banyak diberikan dalam keadaan darurat. Sayangnya pembagian produk ini seringkali tidak terkontrol dan dikonsumsi oleh bayi dan anak-anak yang masih perlu mendapat ASI. Dalam keadaaan bencana, kondisi lingkungan biasanya memburuk dan persediaan air terbatas, sehingga sangat penting bagi para Ibu untuk tetap memberikan ASI kepada anak mereka.

Data sampai 28 Oktober pk. 06.00, jumlah korban yang meninggal dunia setelah Gunung Merapi meletus 32 orang. Jumlah korban yang masih dirawat inap sebanyak 75 orang tersebar di RSUP Dr. Sardjito 7 orang, RS Bethesda 2 orang, RS Panti Nugroho 9 orang, RSUD Muntilan 40 orang, RSIA Aisyah 2 orang, RSUP Soeradji 4 orang dan Puskesmas Kemalang 7 orang, Puskesmas Maninrenggo 1 orang dan Puskesmas Selo 3 orang. Selain itu, terdapat 58.669 orang mengungsi di 4 titik, yaitu Kab. Sleman 19.050 orang, Kab. Boyolali 4.216 orang, Kab. Klaten 4.269 orang dan Kab. Magelang 31.134 orang.

Sedangkan korban meninggal dunia sampai dengan 28 Oktober pk. 06.00 sebanyak 311 orang. Korban luka berat 40 orang di Puskesmas dan 78 orang di Pos Kesehatan. Korban luka ringan sebanyak 200 orang, korban hilang 460 orang. Pengungsi 520 orang.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.idinfo@depkes.go.idkontak@depkes.go.id.